BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Klausa
merupaka satuan gramatikal yang lebih rendah dari kalimat dan lebih tinggi
kedudukannya dari frase. Pada kenyataannya penjelasan mengenai klausa tidaklah
semudah dan seringkas yang dibayangkan. Banyak teori-teori yang membahas
mengenai hal tersebut. Salah satu teori yang sering digunakan adalah teori yang
dikemukakan oleh Prof. Drs. M. Ramlan.
Dari
sinilah penulis akan mencoba membahas menganai klausa tersebut secara ringkas
khusunya mengenai hubungan makna klausa dan klausa itu sendiri serta analisis
klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya secara garis besar.
1.2
Rumusan
Masalah
Supaya
pembahasan tidak melebar kemana-mana, maka dalam makalah ini akan dibatasi
menggunakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai
berikut.
1.2.1
Apakah yang dimaksud hubungan makna?
1.2.2
Apakah hubungan makna penerang, isi, cara, perkecualian, dan kegunaan itu?
1.2.3
Apakah yang dimaksud dengan klausa?
1.2.4
Bagaimanakah analisis klausa berdasarkan
fungsi unsur-unsurnya secara garis besar?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetaui apa yang dimaksud hubungan
makna.
1.3.2
Mengetahui hubungan makna penerang, isi, cara, perkecualian, dan kegunaan.
1.3.3
Mengetahui apakah yang dimaksud dengan
klausa.
1.3.4
Mengetahui analisis klausa berdasarkan
fungsi unsur-unsurnya secara garis besar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Makna
Selain terdapat hubungan gramatikal antara klausa yang
satu dengan klausa yang lainnya, kalimat luas juga mempunyai hubungan makna
yang timbul sebagai akibat dari pertemuan antara klausa yang satu dengan klausa
yang lainnya, baik antar klausa inti dengan klausa inti, maupun klausa inti
dengan klausa bawahan. Ramlan (2005: 52) berpendapat bahwa ada 17 hubungan
makna antar klausa dan mungkin bertambah lagi. Hubungan tersebut adalah
penjumlahan, perturutan, pemilihan, perlawanan, lebih, waktu, perbandingan,
sebab, akibat, syarat, pengandaian, harapan, penerang, isi, cara, perkecualian,
dan kegunaan.
Namun dalam makalah yang singkat ini, penulis hanaya
akan membahas lima hubungan makna antara klausa yang satu dengan klausa yang
lainnya.
2.1.1 Hubungan Makna ‘Penerangan’
Terdapat hubungan makna penerang apabila klausa
bawahan menerangkan salah satu unsur yang terdapat pada klausa inti. Unsur yang
diterangkan itu selalu berupa kata atau frase nominal. Kata penghubung yang digunakan
untuk menandai hubungan makna ini secara
jelas ialah yang, di mana, dari mana,
dan tempat. Kata penghubung di mana dan dari mana tidak digunakan
dalam Bahasa Indonesia ragam baku. Misalnya.
1) Pintu
kamar itu menuju ke kamar tamu yang sekarang
ditempati oleh kedua orang tua Faisal.
2) Wanita
tua yang kemarin kutemui di Halte
pagi itu tidak kelihatan.
(Ramlan, 2005:73-74)
1.
2.1.2 Hubungan Makna ‘Isi’
Hubungan makna isi akan nampak atau terlihat apabila
klausa bawahan menyatakan apa yang dikatakan, dipikirkan, didengar, disadari,
diyakini, diketahui, dinyatakan, dijelaskan, dikemukakan, ditanyakan, dalam
klausa inti atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa klausa bawahan merupakan
isi dari klausa inti. Secara jelas hubungan makna ini ditandai dengan kata
penghubung bahwa, kalau, dan kalau-kalau. Namun demikian, kata
penguhung kalua dan kalua-kalau dapat
diganti dengan kata apakah. Misalnya:
1) Aku
mulai mengetahui hari itu bahwa
Saputro benar-benar menaruh perhatian kepadaku.
2) Seorang
bertanya kalau aku mau melihat keadan
mayat.
3) Seorang
bertanya apakah akum au melihat
keadaan mayat.
(Ramla, 2005: 74-75)
2.1.3 Hubungan Makna ‘Cara’
Ramlan (2005:76) berpendapat bahwa hubungan makan
‘cara’ akan ada apabila klausa bawahan menyatakan bagaimana perbuatan yang disebutkan
dalam klausa inti itu dilakukan atau bagaimana peristiwa yang disebutkan dalam
klausa itu terjadi. Secara jelas kata hubung yang sering digunakan ialah kata dengan, tanpa, sambal, seraya, dan sembari. Misalnya:
1) Narti
duduk di tempat tidur dengan kedua
kakinya ditumpangkan di sebuah bangku kecil.
2) Anak
itu belajar di rumah dengan sangat
tekun.
2.1.4 Hubungan Makna ‘Perkecualian’
Hubungan antar klausa yang berhubungan dengan makna
‘perkecualian’ akan terjadi apabila klausa bawahan menyatakan suatu perkecualian,
maksudnya menyatakan sesuatu yang dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam
klausa inti. Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini
secara jelas ialah kecuali dan selain (Ramlan, 2005: 77). Misalnya :
1) Hari
pertama tidak terjadi sesuatu pun kecuali
kadang-kadang kami bergandengan tangan untuk melompati semak-semak atau tanah
tanggul yang agak tinggi.
2) Aisyah
tidak pernah membolos pada mata kuliah Sintaksis kecuali ada kegiatan kemahasiswaan.
2.1.5 Hubungan Makna ‘Kegunaan’
Hubungan makna ‘kegunaan’ akan tampak apabila klausa
bawahan menyatakan kegunaan, menjawab pertanyaan untuk apa. Kata penghubung
yang secara jelas digunakan untuk menandai hubungan makna ini ialah untuk, guna dan buat. Kata buat tidak
digunakan dalam bhasa Indonesia ragam baku (Ramlan, 2005:77). Misalnya :
1) Ibnu
diangkat menjadi kepala sekolah untuk
memimpin SMK Nahdlatul Ulama Krangkeng Kabupaten Indramayu.
2) Atoillah
bekerja keras guna memenuhi kebutuhan
keluarganya.
2.2 Klausa
2.2.1 Pengertian Klausa
Ramlan (2005: 79) menjelaskan bahwa klausa adalah
satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL, dan KET ataupun
tidak. Dengan kata lain klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung
menandakan bahwa apa yang terlletak dalam kurung tu bersifat manasuka, boleh
ada, boleh juga tidak ada.
Unsur yang pokok pada klausa ialah S dan P. Namun
demikian, Unsur S sering dihilangkan, sebagai contoh pada kalimat luas akibat
penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Misalnya :
1) Tengah
Syahrin menagis menghadapi tembok, Bapak Daud masuk diantar suster Meta.
2) Sedang
bermain-main. (sebagai jawaban pertanyaan anak-anak
itu sedang mengapa?)
Contoh pertama di atas tersusun atas empat klausa,
yakni 1. Syahrin menagis; 2. Menghadapi
tembok; 3. Bbapak Daud masuk; dan 4.
diantar suster Meta. Klausa 1 terdiri dari unsur S dan P; klausa 2 terdiri
dari P diikuti O; klausa ke 3 terdiri dari S diikuti P; dan klausa 4 terdiri
dari P diikuti KET. Akibat penggbungan klausa 1 dan 2, S pada klausa 2
dihilangkan; demikian juga akibat penggabungan klausa 3 dan 4 , S pada klausa 4
dihilangkan.
Pada contoh keduaterdiri dari satu satu klausa, yakni sedang bermain-main, yang hanya terdiri
dari P. S-nya dihilangkan Karena merupakan jawaban dari suatu pertanyaan.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa unsur yang
cenderung selalu ada dalam klausa ialah P. Unsur-unsur lainnya mungkin ada
mungkin juga tidak ada.
2.2.2 Analisis Kalusa berdasarkan Fungsi
Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di
sini disebut S, P, O, PEL, dan KET (Ramlan, 2005: 80). Kelima unsur tersebut
memang tidak selalu ada dalam suatu klausa secara bersamaan seperti yang telah
disinggung sebelumnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Kalimat
luas juga mempunyai hubungan makna yang timbul sebagai akibat dari pertemuan
antara klausa yang satu dengan klausa yang lainnya, baik antar klausa inti
dengan klausa inti, maupun klausa inti dengan klausa bawahan.
3.1.2 Hubungan
makna, 5 diantaranya adalah sebagi berikut.
3.1.2.1 Penerang, apabila klausa bawahan menerangkan salah satu unsur yang
terdapat pada klausa inti.
3.1.2.2 Isi, apabila klausa bawahan menyatakan apa yang dikatakan,
dipikirkan, didengar, disadari, diyakini, diketahui, dinyatakan, dijelaskan,
dikemukakan, ditanyakan, dalam klausa inti.
3.1.2.3 Cara, apabila klausa bawahan menyatakan bagaimana perbuatan yang
disebutkan dalam klausa inti itu dilakukan atau bagaimana peristiwa yang
disebutkan dalam klausa itu terjadi.
3.1.2.4 Perkecualian, apabila klausa bawahan menyatakan suatu
perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatu yang dikecualikan dari apa yang
dinyatakan dalam klausa inti.
3.1.2.5 Kegunaan, apabila klausa bawahan menyatakan kegunaan, menjawab
pertanyaan untuk apa.
3.1.3 Klausa
ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terlletak
dalam kurung tu bersifat manasuka, boleh ada, boleh juga tidak ada.
3.1.4 Klausa
terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, PEL, dan KET
3.2 Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang sangat sederhana
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu kritik da saran yang bersifat
membagun sangat penulis harpkan untuk perbaikan dimasa yang akan dating.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramlan,
M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia-Sintaksis.
Yogyakarta: C.V. Karyono