Sabtu, 09 November 2013



AFIKS MENURUT PRODUKTIFITASNYA DAN PENGULANGAN KATA DALAM BAHASA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang

Didalam Bahasa Indonesi terdapat yang disebut dengan Afiks atau imbuhan dan pengulangan kata, dimana afiks dan pengulangan ini sering menjadi perdebatan di masyrakat khususnya masyarakat Indonesia karena hal ini dinilai lumyan rumit. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan secara ringkas apa yang dimaksud dengan Afiks menurut produktifitasnya serta menjelaskan pengulangan kata sebagai sumber referensi untuk pembaca dan khalayak umum.

1.2             Rumusan Masalah

Supaya pembahasan tidak melebar dari tema makalah ini, maka penulis membatasinya dengan memberi beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.      Bagaimana pembagian afiks menurut produktivitasnya?
2.      Bagaimanakah pemgulangan kata dalam Bahasa Indonesia?

1.3             Tujuan

Dengan dibuatnya makalah ini penulis bertujuan untuk memberi informasi kepada kalayak umum tentang afiks menurut produktifitasnya dan pengulangan kata dalam Bahasa Indonesia menurut versi penulis.




BAB II
PEMBAHASAN

1.1.         Afiks yang Produktif dan yang Improduktif.
Berdasarkan produktifitasnya, afiks dibagi menjadi dua. Yaitu afiks produktif dan afiks improduktif.
1.1.1.     Afiks produktif
Afiks produktiuf yaitu afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem. Contoh afiks pada saat sekarang ini, meskipun dari bahasa asing, yaitu –wan. Disamping kata-kata lama seperti bangsawan, hartawan, jutawan, dermawan, timbullah kata-kata baru, misalnya sejarahwan, negarawan, bahasawan, tatabahasawan,rokhaniwan, sukarelawan, karyawan, usahawan, dan masih banyak lagi. Demikian juga afiks per-an, afiks peN-an  dan afiks ke-an.
1.1.2.     Afiks improduktif
Afiks improduktif yaitu arfiks yang sudah using, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata yang tidak lagi membentukkata-kata baru. Contoh afiks improduktif ini antara lain afiks ­–man,yang terdapat pada kata budiman atau seniman, afiks-afiks –el-, -er-, dan –em- yang terdapat pada kata gemetar, geletar, gerigi, gerenyut, gemuruh, temali, seruling. Afiks –da yang hanya terdapat pada kata-kata yang menyatakan hubungan kekeluargaan, misalnya adinda, kakanda, ayahanda, nenenda, pamanda, ibunda.

1.2.         Proses Pengulangan
Proses pengulangan (reduplikasi) yaitu pengula`ngan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan fariasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulng merupakan dasar.  Sebagai contoh kata berjalan-jalan.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki kata dasar, tetapi pada tinjauan deskriptif ada kata-kata yang tidak dapat digolongkan kata ulang karena tidak ada satuan yang di ulang. (Ramlan. M :1965;64). Sebagai contoh alun-alun.

1.3.Menentukan  Kata Dasar Kata Ulang.
Dari suatu pengamatan, dapat dikemukakan bahwa ada dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang.
1.3.1.     Pengulangnya pada umumnya tidak mengubah golongan kata.
Dengan petunjuk ini dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal, bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata verbal, baik kata kerja maupun kata sifat berupa kata verbal, dan bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata bilangan juga berupa kata bilangan. Misalnya
Berkata-kata (kata kerja)           : bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
Gunung-gunung (kata nominal) : bentuk dasarnya gunung (kata nominal)
Cepat-cepat (kata sifat)             : bentuk dasarnya cepat (kata sifat)
Keempat-empat (kata bilangan) : bentuk dasarnya keempat (kata bilangan)
Akan tetapi, ada juga pengulangan yang mengubah golongan kata, yaitu pengulangan dengan se-nya,  misalnya
Setinggi-tingginya                      : bentuk dasarnya tinggi
Seluas-luasnya                           : bentuk dasarnya luas
1.3.2.     Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya
Mengata-ngatakan  ->  bentuk dasarnya mengatakan, bukan mengata
Memperkata-katakan   ->     bentuk dasarnya memperkatakan, bukan memperkata.

1.4.         Macam-Macam Pengulangan
Menurut cara pengulangan bentuk dasarnya, pengulangan dapat dibagi menjadi empat golongan.
1.4.1.     Pengulangan seluruh
Yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses perubahan afiks. Misalnya :
Sekali              -> sekali-sekali
Kebaikan         -> kebaikan-kebaikan
1.4.2.     Pengulangan sebagian
Yaitu pengulangan sebagian sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya karena hamper semua bentuk dasar pengulangaan golongan ini berupa bentuk kompleks. Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks, kemungkinan-kemungkinan bentuknya sebagai berikut :
a.       Benbtuk meN-. Misalnya :
Mengambil            : mengambil-ambil
Membaca               : membaca-baca
b.      Bentuk di-. Misalnya :
Ditarik                   : ditarik-tarik
Dikemas                : dikemas-kemasi
c.       Bentuk ber-. Misalnya :
Berjalan                 : berjalan-jalan
Bermain                 : bermain-main
d.      Bentuk ter-. Misalnya :
Terbentur               : terbentur-bentur
Tersenyum             : tersenyum-senyum
e.       Bentuk ter-an. Misalnya :
Berlari                   : berlari-larian
Berjauh                  : berjauh-jauhan
f.       Bentuk –an. Misalnya :
Minuman               : minum-minuman
Tumbuh                 : tumbuh-tumbuhan
g.      Bentuk ke-. Misalnya :
Kedua                   : kedua-dua
Ketiga                   : ketiga-tiga
1.4.3.     Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Pengulangan ini berarti pengulangan yang terjadi berama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Contohnya sebagai berikut :
            Kereta             -> kereta-keretaan
            Rumah             -> rumah-rumahan
            Gunung           -> gunung-gunungan
1.4.4.     Pengulangan dengan perubahan fonem
Jenis pengulangan ini sangat sedikit, sebagai contoh kata bolak-balik. Disini terlihat perubahan fonim /a/ menjadi fonim /o/ dan fonim /i/ menjadi /a/.
Comtoh lain dari pengulangan golongan ini yaitu segai berikut :
            Gerak                          -> gerak-gerik
            Serba                           -> serba-serbi
            Sayur                           -> sayur-mayur
            Ramah                         -> ramah tamah








BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
1.    Berdasarkan produktifitasnya, afiks dibagi menjadi dua. Yaitu afiks produktif dan afiks improduktif. Afiks produktiuf yaitu afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem sedangkan Afiks improduktif yaitu arfiks yang sudah using, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata yang tidak lagi membentukkata-kata baru.
2.    Proses pengulangan (reduplikasi) yaitu pengula`ngan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan fariasi fonem maupun tidak.
3.    Ada dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang, yaitu pengulangnya pada umumnya tidak mengubah golongan kata dan Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
4.    Menurut cara pengulangan bentuk dasarnya, pengulangan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu Pengulangan seluruh, Pengulangan sebagian, Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks dan Pengulangan dengan perubahan fonem.

3.2. Kritik dan Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun atau memperbaiki sangat kami harapkan dari pihak pembaca supaya dikemudian hari lebih meminimalisi kekurangan yang terjadi pada makalah kami.





DAFTAR PUSTAKA
Nida, Eugene A., Morphology, The Descriptive Analysis Of Words, The University Of Michigan Press, Ann Arbor, 1949
Ramlan, M.,Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi Sebuah Tinjauan Deskriptif, CV. Karyono, Yogjakarta, 1965.


APRESIASI CERPEN
“PAHALA TAKUT KEPADA ALLAH”
KARYA HABIBURRAHMAN
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Mata Kuliah Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia
Dosen Pengapu : Masruri, M.Hum

Oleh
Ibnu Atoillah (NIM. 121010034)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP NU INDRAMAYU
2013


A.    Tema
Tema dari cerpen ini adalah “kepercayaan/keimanan terhadap Allah”. Ini terlihat pada paragraph ke-7 akhir dan paragraf ke-8.

B.     Alur cerita
Alur cerita yang digunakan adalah “Kilas Balik”. Karena dalam cerpen di jelaskan masa lalu dan mengarah ke masa depan. Ini terlihat pada paragraph ke-2, yaitu “Rasullah saw bersabda ‘ada` seorang lelaki yang tidak pernah …’”.

C.     Tokoh dan penokohan
1.      Lelaki                    : takut akan adzab Allah, tapi tidak mau melaksanakan perintah-Nya
2.      Rosulullah             : mengetahui permasalah yang dihadapi lelaki.
3.      Keluarga lelaki      : menurut kepada lelaki tersebut
4.      Allah                     : dzat yang ditakuti oleh lelaki

D.    Sudut pandang pengarang
Sudut pandang yang digunakan adalah “Diaan Tak Terbatas”. Ini terlihat pada paragraph ke-9, yaitu “Namun, Allah mahakuasa untuk tetap menghisabnya,tidak ada yang luput dari hisab-Nya …”.

E.     Seting
1.      Tempat
Dalam cerpen ini latar tempat yang digunakan adalah di daratan dan di lautan. Ini bias kita peroleh dari paragraph ke-2, yaitu “…kemudian, taburkanlah sebagian abu itu ke daran dan sebagian lagi ke lautan…”.
2.      Waktu
Cerita ini terjadi ketika si lelaki itu belum meninggal dan setelah meninggal. Ini terlihat pada paragraf ke-2,3, dan 4.

F.      Amanat
Sekecil apa pun keimanan dalam dada seseorang (yaitu keyakinan akan adanya Allah, hisab, dan keadilan Allah) dapat mendatangkan ampunan dan rahmat Allah swt.