BAB I
PENDAHAUALUAN
I.
Latar Belakang
Menyimak merupakan salah satu
keterampilan berbahasa. Menurut Russel & Russell serta Anderson (dalam
Tarigan, 2008:30) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan
perhatian serta apresiasi.
Namun dalam prakteknyanya, kegiatan
menyimak memerlukan situasi yang tepat agar apa yang disimak dapat tersampaikan
secara maksimal. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah situasi yang
seperti apa yang memungkinkan hasil simakan itu menjadi maksimal?
Oleh karena itu dalam makalah ini
penulis akan mencoba memaparkan masalah yang timbul dari situasi menyimak
sebagaimana yang disebutkan di atas.
II.
Rumusan Masalah
Supaya pembahasan pada makalah ini
tidak melebar, maka penulis akan membatasinya dengan rumusan masalah seperti apa situasi pelibatan menyimak?
III.
Tujuan
Dari pembahasan yang ada pada
makalah ini, penulis bertujuan untuk mengetahui tentang aneka situasi menyimak.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Menyimak dalam kehidupan dan
kurikulum
Menurut Tarigan (2008:28) menyimak adalah
proses mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan yang
telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Diakui
atau tidak, kegiatan menyimak adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam
segala aspek, baik itu dalam kurikulum atau bahkan pada kehidupan sehari-hari.
Dalam
tata kurikulum sekolah, hal ini cukup jelas bahwa menyimak adalah kebutuhan
primer yang tidak bias dinegosiasi. Misalanya peserta didik yang dituntut untuk
bisa memcahkan masalah setelah penyampaian materi dari gurunya. Untuk itu,
siswa membutuhkan pemahaman yaitu dengan kegiatan menyimak atau membaca.
Sedangkan
dalam kehidupan sehari-hari, menyimak juga merupakan hal penting. Modernisasi
menurut seseorang untuk senantiasa sigap atau akselerasi dalam bertindak atas
informasi yang diterimanya supaya mereka bisa bertahan hidup ditengah jaman
yang semakin maju.
Penelitian mengenai menyimak dalam
kehidupan atua dalaam kurikulim sekolah dapat dikatakan masih sangat langka.
Baru pada tahun 1929, Paul T. Rankin dari Detroit Public Schools, menyelesaikan
sebuah survey mengenai penggunaan waktu dalam keempat ketrampialan bahasa. Dan
menunjukkan hasil sebagia berikut :
Menulis : 9%
Membaca :
16 %
Berbicara : 30 %
Menyimak : 45 %
Prof. Roberto Carlsen dari University
of Colorado bersama Prof. Brown pada tahun 1951 (dalam Tarigan, 2008:141) menyelesaikan
suatu tes tentang pemahaman menyimak yang akan dipergunakan diseluruh Amerika
Serikat. Dari hasil tes tersebut dapat diketahui menyiamak yang jelek ( poor
listeners) :
1. Mereka
yang terlalu banyak mencatat secara terperinci
Meraka
yang terlalu terlibat seluk beluk mekanisme kegiatan kerangka kuliah hingga
lupa akan bagian – bagiannya. Atau mereka menyadari bahwa menyimaknya jelek
singga membuat catatan untuk menyenangkan hati.
2. Mereka
yang tidak sanggup mengatasi gangguan – gangguan
Didalam
kegiatan menyimak tentunya ada gangguan – gangguan yang akan mempengaruhi
jalannya kegiatan menyimak. Gangguan tersebut seperti, bunyi berisik, gemuruh
atau teman yang jail.
3. Mereka
yang berjiwa argumentative
Ketika
mereka mendengarkan pembicara sedang menyampaikan materi, para poor listeners
tidak konsentrasi untuk menyimak, tetapi malah sibuk dengan mencari argumentasi
pembicara.
4. Mereka
yang berpura – pura menarik perhatian
Tindakan
ini biasanya dilakukan oleh mahasiswa atau penyimak lain yang berpura – pura
menyimak dengan duduk tenang, memperhatikan dosen atau pembicara denagn semata
– mata untuk menarik perhatian. Tetapi para poor listeners tidak memahami apa
yang sedang dibicarakan.
5. Mereka
yang kurang perhatian dalam materi yang disampaikan.
Kurangnya
minat mendalami materi menjadi kendala dalam proses kegiatan menyimak
Adapun cara mengembangkan ketrampilan
menyimak :
1. Latihan
terpimpin.
2. Menjauhi
faktor – faktor penyebab penyimak jelek.
3. Meningkatkan
atau memperkaya kosa kata.
4. Meningkatkan
pengenalan kata yang baik didengar telinga.P
II.
Petunjuk,
keterangan dan pengumuman
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ada istilah yang mendefinisikan tentang
petunjuk, keterangan, dan pengumuman.
Ø Petunjuk
adalah
suatu penjelasan tentang sesuatu yang harus diikuti untuk dapat mengerjakan
sesuatu atau sebagai salah satu bahan pertimbangan.
Ø Keterangan
adalah
uraian untuk memperjelas sesuatu sehingga seseorang dapat pemahaman yang lebih
optiamal dari informasi tersebut.
Ø Pengumuman
adalah
suatu pemberitahuan baik melalui tulisan maupun lisan.
Untuk
menjamin berlangsungnya kegiatan menyimak yang efektif, efisien serta atentif,
setidaknya guru harus mengetahui bagaimana cara menyampaikan yang baik.
Sehingga siswa juga dapat memahami isi materi secara menyeluruh.
III.
Percakapan
dan Diskusi
Tarigan
(2008:146) berpendapat bahwa percakapan atau konversi merupakan aktivitas yang
paling umum diantara tipe-tipe komunikasi lisan yang jelas, menuntut banyak
kegiatan menyimak. Sedangkan diskusi berpusat pada satu topik dan berusaha
terus maju dalam cara yang teratur menuju satu titik keputusan.
Dalam
berbicara, mereka perlu diajak untuk membantu para penyimak mereka sendiri
dengan cara memilih topik pembicaraan yang menarik bagi para rekan mereka,
merasa tanggungjawab penuh untuk turut mengambil bagiak dan menarik serta
kedalamnya seorang pendatang baru atau anak yang sanagat pemalu, menghindarai
atau mengubah suatu objek terlalu bersifat pribadi ataupun yang dapat memalukan
seorang orang anggota kelompok itu. Pengetahuan – pengetahuan yang sedemikian
rupa timbul dan diperoleh dalam kaitannya dengan suatu masa, memperlihatkan
serta menceritakan makna yang sebernarnya, denagn konversasi para siswa selama
kegiatan – kegiatan kelompok kecil dan komite serta pembicara informal,
pembicara tidak resmi pada waktu istirahat. Bimbingan sang guru biasanya
bersifat incidental saja, dan kerap kali bersifat individual, sambil secara
rendah hati dia mengomentari masalah – masalah kesopansantunan dan keefektifan.
Disamping
kegiatan telah disebutkan tadi, disekolah dan diluar sekolah, anak – anak
sering ikut berpartisipasi dalam diskusi berbeda dengan konversasi yang mungkin
melantur kesana kemari, diskusi ini berpusat pada satu topik tunggal dan
haruslah terus maju dalam suatu cara yang teratur menuju satu titik keputusan.
Percakapan
dan diskusi menempa kita menjadi masyarakat yang aktif, reseptif, responsife
serta atentif, terbuka menerima pendapat dan pendirian orang lain, bahkan
kritik dan cacian mereka.
IV.
Laporan
Bagi
anak-anak yang menduduki kelas-kelas yang lebih tinggi, laporan merupakan suatu
tugas dan tanggung jawab penting. Bahkan anak taman kanak-kanak pun dapat
melaporkab pengalaman-pengalaman pertamanya, seperti tamasya di hari Minggu
ataupun mengenai anak kucingnya yang baru lahir, kedatangan pamannya dari dari
kampong membawa anyak buah-buahan. Selama penyajian suatu laporan, para
penyimak haruslah mengikuti rencana organisasi sang pembicara, pilihan serta
urutan ide-idenya, harus berusaha menyaring informasi yang melengkapi informasi
yang telah ada dalam fikiran dan harus dapat mengevaluasi keotentikan atau
kebenaran hal-hal yang dikatakan oleh sang pelopor. Laporan-laporan memang
diperlukan bila kelompok-kelompok kecil ikut serta bekerja dalam panitia yang ada hubungannya dengan suatu
kegiatan kelas; bila seorang individu mengamati atau membaca untuk mempelajari jawaban bagi suatu
pertanyaan yang timbul dalam suatu kegiatan belajar, atau bila dia mengadakan
suatu percobaan.
Dari
masa taman kanak-kanak sampai
kelas-kelas yang lebih tinggi, banyak sekali kesempatan timbul bila seorang
anak menyimak cerita, baik cerita yang dituturkan kepadanya ataupun yang dibacanya dengan suara
yang nyaring. Sang guru atau teman-teman sekelas dapat membacakannya dari buku-buku,
mereka dapat menceritakan kisah-kisah, ataupun menceritakan serta menghubungkan
dongeng-dongeng berdasarkan pengaaman
pribadi. Mereka pun dapat pula bersama-sama menulis kreatif, memberi response
dengan sepenuh hati, mengikuti
pengembangan alur atau isi cerita, membayangkan atau mengimajinasikan gerak
lakon yang disorot, yang dipotret dan menafsirkan perasaan-perasaan serta motifasi-motivasi
para tokoh cerita (Dawson dalam tarigan, 2008:148). Di sampang itu,
apresiasipun turut pula ditingkatkan bila anak-anak menyimak pembacaan puisi
dan ikut serta dalam berbicara bersama dan membaca bersama (choral speaking and
choral reading).
Mengajar-mengajar
yang bersifat dua darah ternyata laporan-laporan sangat banyak melibatkan
anak-anak harus disuruh dan dibiasakan
banyak membaca. Untuk memeriksa sampai
dimana pemahaman mereka tarhadap isi
bahan bacaan, mereka pun disuruh pula
membuat rangkuman tertulis, dan cesara tidak sadar kita telah memupuk
serta meningkatkan keterampilan menulis mereka. Rangkuman yang berupa laporan
tertulis itu dapat pula dibacakan di muka kelas , atau isi bacaan itu dapat
diceritakan dengan kata – kata sendiri pada teman - teman kelas, yang sekaligus
pula merupakan latihan bagi keterampilan berbicara. pada saat mereka membacakan
laporan itu, teman-teman sekelasnya disuruh
menyimaknya baik-baik.
Alangkah
banyaknya kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat dilaporkan
oleh anak-anak kepada guru dan teman sekelas dalam rangka meningkatkan keterampilan
berbahasa, khususnya keterampilan berbicara dan menyimak.
V.
Radio,
Televisi, Rekaman, Telepon
Kehidupan
modern menuntut kegiatan menyimak yang
lebih meningkat. Pada masa kini kebanyakan rumah tangga memiliki satu atau lebih jenis-jenis
perlengkapan radio, televisi, rekaman dan telepon. Segala jenis menyimak yang
telah kita kemukakan pada pembahasan
sebelumnya dituntut dalam berbagai ragam
situasi menyimak oleh perlengkapan diatas, antara lain:
1. Menyimak
sekunder, adalah jenis kegiatan menyimak secara kebetulan.
Contoh:
apabila musik dipasang pelan-pelan sebagai latar
belakang.
2. Menyimak
sosial atau menyimak konversasional, adalah menyimak yang berlangsung dalam
situasi social tempat interaksi.
Contoh:
kalau kita dipanggil berbicara pada telepon.
3. Menyimak
apresiasif, adalah jenis kegiatan menyimak yang menimbulkan apresiasi untuk
keindahan.
Contoh:
bila drama yang baik atau musik yang merdu dipagelarkan atau di pentaskan.
4. Menyimak
eksplorasif atau menyimak interogatif, adalah menggali informasi untuk
memperoleh fakta, tujuan dan manfaat.
Contoh:
kalau kepada kita diberikan resep-resep atau
informasi mengenai cuaca.
5. Menyimak
konsentratif dan menyimak kritis, adalah menyimak yang sejenis telaah.
Contoh:
apabila masalah-masalah penting didiskusikan oleh para politikus dan para pakar
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Kalau kita telah
mengemukakan bahwa sarana-sarana itu menuntut banyak kegiatan menyimak dan juga
dapat mengembangkan serta mempertinggi mutu keterampilan-keterampilan
menyimak, hendaknya jangan kita lupakan bahwa sebaliknya pun dapat
terjadi; sarana-sarana canggih itu dapat
pula membuat orang tidak menyimak,
sebagai gantinya justru “menghilangkan” atau “mematikan” minat dan kemampuan
menyimak. Apabila radio dan televisi dipasang atau dihidupkan berjam-jam terus
menerus, maka jelas bahwa penyimakkan akan memutuskan percakapan
ataupun diskusi kelompok keluarga, kalau dia ingin menonton siaran yang menarik baginya, atau dia akan mengesampingkan program tersebut,
menganggapnya tidak ada bila dia mendengarkan atau menyimak pada rekan-rekanya. Perhatikanlah praktek
yang nyata pada diri anda kalau ada
siaran langsung permainan sepak bola, pertandingan tennis, pertandingan
tinju, pagelaran musik jazz, upacara peringatan 17 Agustus pada layar
televisi.
Tetapi bagaimanapun
juga sang guru harus berusaha sekuat daya membimbing
anak-anak yang mempunyai kecenderungan
untuk “mematikan” atau “menganggap sepi” setiap penyajian yang kurang atau tidak dapat menarik perhatiannya. Sang
guru harus berupaya agar penampilannya
di muka kelas waktu mengajar benar-benar
menarik dan efektif, kalau dia ingin
memikat hati dan terus menarik
minat para siswa yang bertindak sebagai pendengar,
sebagai pemirsa.
Secara khusus dapat
kita lihat bahwa situasi dan
suasana sekolah sering kali menuntut perpanjangan waktu menyimak oleh
kelompok-kelompok besar, seperti pada petemuan-pertemuan dan acara-acara
sekolah. Sering pula sebagian terbesar dari
pada anak-anak justru terlalu muda atau sudah terlalu besar untuk tertarik pada acara tertentu. Dalam hal
ini staf pengajar haruslah dapat meyakinkan bahwa penyajian-penyajian
tersebut disesuaikan dengan kedewasaan
latar belakang serta perhatian para pemirsa,
penyimak muda itu. Kalau tidak,
maka tidak usah kita heran bila
kebiasaan-kebiasaan menyimak yang jelek serta kekurang sopananlah yang
menjadi akibatnya.
Bahkan walaupun
misalnya suatu program disesuaikan dengan baik bagi pemirsa, toh setiap guru
sebaiknyalah mempersiapkan anak-anak didiknya buat menyimak dengan penuh perhatian, dengan cara mengadakan
diskusi pendahuluan, telaah
gambar-gambar, menceritakan suatu kisah, atau sarana-sarana lain yang
dapat membangun suatu latar belakang
serta membangkitkan hasrat dan gairah mereka untuk menyimak dengan
saksama, cermat dan tepat (Dawson dalam tarigan, 2008:150).
VI.
Aneka
Alasan Menyimak
Setiap orang
mempunyai alasannya sendiri-sendiri untuk menyimak sesuatu, manun ada beberapa
alasan yang sering digunakan orang untuk menyimak menurut Tarigan (2008:151-153).
a.
Ingin mempelajari sesuatu
dari bahan simakan.
b.
Ingin memikat hati
orang lain.
c.
Ingin menjadi orang
yang sopan santun
d.
Ingin mencarai
keuntungan uang.
e.
Ingin memperoleh
manfaat dari bahan simakan.
f.
Ingin menghilangkan
rasa bosan
g.
Membandingakan beberapa
pendapat
h.
Memperluas pandangan
dan pengertian
i.
Memenuhi rasa ingin
tahu.
j.
Ingin disenangi orang
lain.
BAB
III
PENUTUP
I. Simpulan
1. Menyimak adalah proses mendengarkan
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan yang telah disampaikan
oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2. Orang yang termasukpenyimak jelak
adalah mereka yang
a. terlalu
banyak mencatat secara terperinci
b. tidak
sanggup mengatasi gangguan – gangguan
c. berjiwa
argumentative
d. berpura
– pura menarik perhatian
e. kurang
perhatian dalam materi yang disampaikan
3. petunujuk,
keterengan, pengumuman, percakapan, diskusi, laporan, radio, televise, dan
telepon menuntut simakan yang serius.
4.
Aneka alasan menyimak
a.
Ingin
mempelajarisesuatu dari bahan simakan.
b.
Ingin memikat hati
orang lain.
c.
Ingin menjadi orang
yang sopan santun
d.
Ingin mencarai
keuntungan uang.
e.
Ingin memperoleh
manfaat dari bahan simakan.
f.
Ingin menghilangkan
rasa bosan
g.
Membandingakan beberapa
pendapat
h.
Memperluas pandangan
dan pengertian
i.
Memenuhi rasa ingin
tahu.
j.
Ingin disenangi orang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak
sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Edisi Revisi).
Bandung: Penerbit Angkasa.
http://mencariilmuriri.blogspot.co.id/2014/03/aneka-situasi-pelibat-menyimak.html
di akses pada tanggal 08 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar