1. Anah
nurjannah
2. Ibnu
atoilah
3. Istiqomah
4. Nur
farisa
5. Rini
lutfiani
6. Siti
maesaroh
7. Titi
nurhaeni
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Di era globalisasi ini informasi menjadi
cahaya penerang bagi masyarakat, disamping menjadi pusat pengetahuan, juga
memberi penyadaran, memberi hiburan dan mengarahkan pendidikan dalam arti yang
seluas-luasnya, juga dapat membantu masyarakat untuk lebih tahu situasi dunia
luar. Masyarakat beranggapan bahwa “berita” sama dengan informasi yang berembus
dari satu orang ke orang lain. Berita merupakan suatu produk (hasil
kreativitas) yang mempunyai tujuan sangat jelas. Karena itulah, berita dalam
pandangan jurnalistik berbeda dengan pandangan awam.
Berita dalam kaca mata jurnalistik mengandung
konsekuensi tertentu,misalnya disadari betul bahwa informasi yang dikemas
mempunyai efek tertentu dalam masyarakat sehingga dalam melakukan kegiatannya,
seorang jurnalis dibekali dengan kode etik jurnalistik.
Para wartawan Jurnalistik dalam mencari berita
bukan hanya berita yang biasa-biasa saja, akan tetapi para waratawan
jurnalistik juga membuat berita yang melalui proses yang begitu panjang melalui
penelusuran layaknya kerja intelejen.
Di Indonesia, liputan Jurnalisme Investigasi
(JI) lebih banyak muncul sebagai sesuatu yang sporadis, dilakukan hanya
sewaktu-waktu, karena dipicu kemunculan sebuah peristiwa. Faktor penyebabnya
banyak: ”vested interest” pemilik media, kurangnya sumber dana, ketidak tahuan
mengenai pentingnya dan strategisnya JI dalam sebuah negara demokratis, hingga
lemahnya kemampuan teknis para awak media.
1.2.
Rumusan masalah
1. Pengertian
berita investigasi
2. karakteristik
sebuah berita investigasi
3. Reportase
investigasi
4. Gaya
penulisan
1.3.Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu berita investigasi
2. Dapat
memahami karakteristik investigasi news
3. Dapat
memahami pembuatan reportase investigasi
4. Dapat
memahami gaya penulisan ketika menulis sebuah berita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Berita Investigasi
Jurnalisme investigasi adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan
berita yang bersifat investigatif,
atau sebuah penelusuran panjang dan mendalam terhadap sebuah kasus yang
dianggap memiliki kejanggalan. Selain
itu, investigasi merupakan penelusuran terhadap kasus
yang bersifat rahasia. Sebuah
kasus dapat diketahui kerahasiaannya apabila penelusuran terhadap kasus
tersebut selesai dilakukan. Kata
jurnalisme investigasi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu journal danvestigium. journal atau diurnalis berarti orang yang melakukan kegiatan
jurnalistik, dan vestigium yang berarti jejak kaki.Sumaatmadja.
Jurnalisme investigasi menghasilkan sebuah
karya jurnalistik, yaitu laporan investigasi. Laporan investigasi sebagai sebuah karya jurnalistik tidak
ditentukan oleh besarnya kasus yang dibongkar, melainkan manfaat atau dampak
apa yang ditimbulkan setelah kasus tersebut terbongkar. Penelusuran sebuah topik yang ringan
dapat dikatakan produk investigasi yang baik apabila mengungkap fakta bernilai
besar bagi khalayak.
Laporan investigasi dalam pelaksanaannya
membutuhkan modal yang banyak, terlebih apabila topik yang dipilih bersifat
kompleks. Maka sebelum membuat
konsep acuan, perlu ada riset awal, wawancara, dan observasi di
lapangan. Perencanaan yang matang
sangat dibutuhkan agar penelusuran dapat berjalan dengan baik, selain itu
penyamaran dan koordinasi terutama bagi jurnalis televisi harus dilakukan
dengan baik. Dalam hal ini
seorang jurnalis juga dituntut untuk memiliki sifat skeptis atau ragu-ragu
terhadap setiap fakta yang diperoleh, sehingga fakta tersebut akan terus digali
hingga sampai ke akar permasalahan.
Pada intinya, tujuan utama dari jurnalisme
investigasi adalah mengungkap kesaksian dan bukti secara fisik dari suatu
persoalan yang kontroversial. Jurnalisme
investigasi lebih menekankan pada upaya mengungkap fakta yang sebelumnya
tersembunyi dari publik.
Karena itu, proses kerja jurnalis dalam liputan investigasi ini laksana detektif yang
mengendus informasi tersembunyi dari banyak sisi dan mengungkapkannya.
2.2. Sejarah jurnalisme investigasi
Jurnalisme investigasi
mempunyai jejak yang panjang dalam sejarah
pers Amerika. Beberapa tokoh tercatat sebagai pionir jurnalisme
investigasi. Mereka menetapkan
pedoman jurnalisme investigasi bahkan menggariskan ciri pemberitaan pers
sebagai medium watchdog di dunia jurnalisme.
Sejarah investigasi berawal dari sebelum berdirinya Negara Amerika. Pada
1690, Benyamin
Harris menginvestigasi
berbagai kejadian di masyarakat dan melaporkannya dalamPublic Occurences, Both Foreign and Domestic. Isi laporannya dinilai menentang
kebijakan kolonial Inggris. Pada
awal sejarahnya, jurnalisme investigasi amat dekat dengan pemberitaan crusading atau jihad. Pada fase
selanjutnya, spirit crusading (jihad atau perjuangan) mendapat
bentuk yang lebih formal melalui penerbitan New
England Courantpada 1721 yang diterbitkan oleh James
Franklin. Istilah
investigasi sendiri baru muncul pertama kali dari Nellie Bly ketika
menjadi reporter di Pittsburg
Dispatch (1890)
Bly sampai harus bekerja
di sebuah pabrik untuk menyelidiki kehidupan buruh di bawah umur yang
dipekerjakan dalam kondisi yang buruk. Keistimewaan
laporan jurnalistime investigasi Bly terletak pada tuntutan penyelesaian jalan
keluar terhadap problema sosial tersebut. Melalui
laporan investigasi, pers diposisikan sebagai pengganti pemerintah yang lemah
dalam mengatur masyarakat.
Bisa dikatakan pada awal
kemunculannya, jurnalisme investigasi memakai bentuk perlawanan terhadap
kebijakan penguasa. Baru pada
awal abad 20 jurnalisme
investigasi menegaskan wujudnya di dalam liputan-liputan yang terorganisir
ketika melaporkan berbagi pelanggaran yang terjadi.
Menurut Charneley ada dua hal yang signifikan yang
mendasari reportase investigasi, yaitu jurnaisme harus membawa muatan pencerahan publik
dan seringkali juga kegiatan perlawanan. Untuk
itu, jurnalisme investigasi diidentikan dengan istilah jurnalisme
crusading.
Crusading,
dalam sejarah pers Amerika, menyangkut periode Muckraking yang mengekspos perilaku anti-sosial
dan kejahatan di dunia pemerintahan dan bisnis. Presiden Theodore Roosevelt bahkan memberi nama muckrakers kepada reporter yang sibuk menyoroti
hal kotor dan tidak melihat sisi positif lain dari kehidupan Amerika.
Pada tahun 1902,
jurnalisme investigasi menjadi gerakan yang berpengaruh. Hal ini dipicu
dari kebijakan berbagai media yang menyatakan sikap jurnalismenya pada
reformasi sosial. Masyarakat
pun menyambutnya dengan antusias. Sejak itu jurnalisme investigasi menjadi
bidang usaha pers yang menguntungkan. Sirkulasi
sepuluh majalah yang memfokuskan diri pada liputan investigasi mencatat jumlah
3 juta eksemplar pada 1903. Beberapa wartawan investigasi kemudian
mengembangkan gaya penulisan jurnalisme investigasi untuk kepentingan penulisan
novel. Pada rentang waktu 1900-1914 muncul asosiasi penulis dan penerbit
jurnalisme investigasi.
2.3.
Ciri-ciri
jurnalisme investigasi
Jurnalisme Investigasi memiliki empat
ciri, yaitu riset dan reportase yang mendalam dan berjangka waktu panjang untuk
membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesis, paper trail yang dilakukan untuk mencari kebenaran
dalam mendukung hipotesis, wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang terkait
dengan investigasi, dan pemakaian metode penyelidikan polisi dan
peralatan anti-kriminalitas (Dalam hal ini termasuk melakukan
metode penyamaran serta memakai kamera tersembunyi).
2.4.
Struktur
penulisan investigative
Kaidah piramida terbalik
digunakan sebagai sarana mengorganisir informasi dari
urutan yang paling penting ke yang kurang penting. Pelaporan investigasi juga
mementingkan kebutuhan khalayak yang ingin segera menemukan apa yang harus
dipahaminya. Carole
Rich menyebut “5 Hal
Penting” dalam penulisan berita. Rumus ini dapat dijadikan variasi dari
kaidah priramida terbalik.
Kelima hal tersebut,
yaitu news (apa yang terjadi atau akan
diperitiwakan), context (latar belakang dari kejadian), scope (apakah peristiwa lokal menjadi bagian
dari peristiwa atau gejala di tingkat nasional), edge (kemana berita hendak diarahkan dan
apa yang terjadi kemudian), dan impact (mengapa menajdi perhatian banyak
orang). Sifat dramatis juga
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Melalui tiga babak pengisahan,
struktur kisah dilaporkan. Pada
bagian awal kisah digambarkan adanya permasalahan. Bagian tengah menyiratkan berbagai
kejadian atau aksi. Sementara
itu, akhir kisah dapat memberikan resolusi. Penulisan
investigasi tetap memakai dasar pelaporan yang biasa dikerjakan kalangan
jurnalis, yaitu awal (lead), tubuh (middle), dan penutup (ending).
2.4.1.
Bagian awal
Jenis-jenis lead dari ''hard
news'' dapat menjadi
pembuka yang kerap dipakai wartawan investigasi
ketika mereka telah siap untuk membuka kisah penyelidikan yang penuh dengan
kerumitan. Untuk itu, pembuka
jenis ringkasan (summary) dipergunakan. Carole
Rich memberika bentukan
pembuka yang tidak langsung memaparkan permasalahan. Rich menyebutkan jenis deskriptif
lead, naratif
lead, dan anekdot
lead, sebagai pengawal kisah berita. Selain itu ada juga pelaporan
yang dibuka dnegan lead kutipan langsung.
2.4.2.
Bagian tubuh
Banyak bagiannya yang menggunakan teknik
penulisan yang didasari oleh kecakapan penulisan sastra. Penjelasan
yang berupa angka-angka atau statistik memerlukan
penanganan khusus agar pembaca tidak jenuh dengan uraian yang bersifat teknis. Bagian ini membangun pengisahan
menjadi rincian aksi dari karakter utama permasalahan yang kompleks, serta
perubahan karakter permasalahan.[4] Salah
satu teknik penarik uraian, di bagian tengah ini, adalah pengisahan adegan.
Melalui adegan, permasalahan dipertunjukkan seluk beluk kejadiannya.
2.4.3.
Bagian penutup
Bagian akhir dari
penulisan investigasi seringkali memaparkan kedalaman pikiran dan emosi ke
dalam benak pembaca.
2.5.
Perencanaan
investigasi
2.5.1. Menentukan
tema
Di banyak media massa, tema investigasi ditentukan
melalui rapat
redaksi yang
terencana, atau melalui perumusan agenda publik yang dipunyai masing-masing
media. Namun, bahkan dalam contoh investigasi legendaris (seperti "skandal
watergate"), tema itu muncul secara "tidak sengaja", wartawan
atau kelompok wartawan menemukan peristiwa yang nampaknya sepele, namun dalam
melakukan penggalian secara terus-menerus sehingga berhasil menemukan
"peristiwa terselubung" yang jauh lebih besar.
2.5.2.
Merumuskan masalah
Dalam perencanaan investigasi, mencari
"akar masalah" (bottom-line) sangatlah penting, guna
memudahkan dalam mencari informasi. Rumusan
masalah adalah hal yang ingin ditelusuri melalui investigasi. Untuk itu, rumusan masalah harus
se-spesifik mungkin, dan dalam kalimat pendek. Rumusan masalah juga semacam hipotesis
dalam penelitian ilmiah (sesuatu yang harus diuji kebenarannya di
"laboratorim" atau lapangan).
2.5.3.
Menggali bahan
Menggali bahan atau mencari bahan
investigasi dapat dilakukan dengan cara wawancara terhadap
sumber dan tokoh kunci, atau mencari dokumen dan bukti terpenting dari lapangan.
2.5.4.
Komparasi
Data tertentu tidak
berbunyi apa-apa jika tidak dibandingkan dengan data lain. Untuk itu, setiap data yang diperoleh
harus dibandingkan dengan data yang lainnya agar mendapatkan data yang
benar-benar akurat.
2.5.5.
Menguji
Mengumpulkan semua bahan (wawancara dan
dokumen) serta menyortirnya berdasarkan kredibilitas sumber informasi. Memakai dokumentasi itu untuk menguji
hipotesis yang telah dibuat (apakah memprkuat atau menggugurkan).
2.5.6.
Menulis dan menyajikan
Dalam hal penulisan, laporan investigasi
harus ditulis secara padat dan jelas. namun,
yang lebih penting lagi tulisan itu harus argumentatif (memiliki dasar bukti
yang kuat dan dibangun dengan logis). tulisan
seringkali harus dilengkapi pemaparan dokumen, foto, dan tabel yang memperkuat
tulisan.
2.6.
Teknik
peliputan
2.6.1.
Penyamaran
Terdapat tiga teknik penyamaran yang
digunakan saat peliputan investigasi, yaitu:
1.
Penyamaran melebur (immerse),
maksudnya yaitu wartawan yang melakukan peliputan membaur atau melebur dengan
objek yang akan diliputnya dengan kata lain wartawan menyamar menjadi bagian
dari objek yang akan diliput
2.
Penyamaran menempel (embedded),
teknik ini memanfaatkan objek tertentu untuk mendapatkan fakta, keterangan atau
akses.
3.
Penyamaran berjarak (surveillance),
teknik ini menggunakan jarak dalam penyamarannya. Jarak yang dimaksud tidak
hanya jarak yang bisa diukur melainkan juga berkaitan dengan jarak sosiologis dan psikologis.
2.6.2.
Observasi
Observasi merupakan
kegiatan menggali fakta di lapangan dengan menggunakan panca indera, sehingga
tergambar dengan jelas apa yang terjadi.[1] Hasil observasi tersebut
kemudian dideskripsikan melalui tulisan, gambar, dan suara.[1]
2.6.3.
Mengecoh (Decoying)
Merupakan
teknik yang digunakan agar wartawan bisa
bertemu dan mendapatkan informasi dari sumber berita.[1] Mengecoh
maksudnya wartawan tidak mengatakan liputannya untuk kasus A melainkan untuk
kasus B (improvisasi).
2.7.
Metode
Investigasi
2.7.1.
Material Trail, yaitu
menelusuri atau mencari jejak dan bukti - bukti dalam bentuk benda
2.7.2.
People Trail,
mencari jejak - jejak orang yang terlibat atau yang bertanggung jawab atas
kasus tersebut
2.7.3.
Money
Trail, atau follow
the money, mengikuti lairan uang atau mencari jejak uang
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berita Investigasi adalah berita yang berisi fakta
yang diangkat dan dikembangkan berdasarkan berbagai penyelidikan atau
penelitian dan berbagai sumber lain yang terpercaya dan akurat. Jenis berita
ini sering digunakan untuk mengetahui akar peristiwa yang telah ada, namun
terlupakan atau kurang diketahui.
Pada
dasarnya menulis berita itu tidak mudah, setiap macam-macam berita mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri.
Seperti berita
penyelidikan mempunyai ciri-ciri sendiri, gaya tulisan sendiri dll.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme_investigasi
LAMPIRAN
PERTENGKARAN
BERAKIBAT SEBUAH KEMATIAN
23-februari-2012
tepatnya pukul 14:00 terjadi sebuah pertengkaran hebat yang berakibat kematian.
Di desa Kapringan kec krangkeng kab. Indramayu.
Pertengkaran itu rupanya bukan kali ini saja terjadi , antara (sebut saja) ibu DM dan ibu IN. Namun sudah
berkali-kali, dikarenakan ibu Dm dan ibu IN sudah lama bermusuhan .
Menurut
tetangga terdekat pertengkaran itu dimulai ketika ibu IN menginjak tanah milik
ibu Dm lalu mulailah terjadinya cek-cok diantara keduanya dan terjadi
pertengkaran yang hebat. Dari mulai saling melempar batu dan saling narik
menarik rambut, baju dan lain-lain. (ucap tetangganya).
Pada
akhirnya entah kenapa ibu IN pingsan dan akhirnya meninggal. Ibu DM diduga
pelaku pembunuhan ibu IN karena mencekik leher ibu IN sehingga lehernya
terdapat bekas hitam. Dari situ pihak keluarga ibu IN tidak terima, lalu
melaporkan kepolisi atas kasus pembunuhan. Polisipun datang dan melakukan
penyelidikan ditempat kejadian, mengumpulkan barang bukti seperti, baju,
batu-batu, dan membawa jenazah alm ibu IN untuk di autopsi.
Setelah
menunggu beberapa minggu hasil penyelidikan dan hasil autopsipun muncul. Polisi memberitahukan bahwa ibu DM memang
pelakunya, atas dasar bukti-bukti yang ada. Polisipun lalu mendatangi rumah pelaku lalu menangkapnya karena sudah
ada bukti-bukti hasil penyelidikan yang alamiah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar